Senin, 18 Februari 2013

Sahabat Atau Musuh

Namaku Chirstabel Putri Anjani, panggil saja Abel. Aku mempunyai sahabat, Gabriell Revixa. Entah, Gabriell bisa aku panggil sahabat atau musuh. Kejadian itu sudah terjadi beberapa hari lalu.
"Ga, udah buat tugas IPA??" tanyaku saat aku berpapasan di gerbang sekolah.
"Sudah... memang kenapa?? Oh ya, nanti ada rapat untuk pengurus majalah sekolah ya??!" tanya Gabriell. Aku mengangguk. Kami pun langsung masuk ke kelas bersama.
Satu jam pelajaran dimulai, istirahat akhirnya tiba. Para pengurus majalah sekolah langsung menuju aula termasuk aku dan Gabriell.
Di sekolahku, menerbitkan majalah, namanya 'Lucia School Magazine'. Di majalah itu kalian bisa mengetahui apa saja yang terjadi di sekolahku. Kalian juga bisa membaca karya-karya siswa di sekolah Lucia itu. Menarik kan..!!?
"Langsung saja kita mulai rapatnya.. jadi begini, saya selaku ketua redaksi majalah 'Lucia School Magazine' mempunyai ide untuk isi edisi majalah selanjutnya. Tapi, sebelumnya apakah disini sudah ada yang mempunyai ide" sambut Ellen, ketua redaksi majalah. Yang lain hanya melihat samping kanan dan kirinya. Aku berfikir sejenak begitu juga yang lain. Munculah ide di otakku.
"Aku punya ide..!! Bagaimana jika kita mengadakan perlombaan secara umum ?? Dan pengumumannya disebar melalui majalah itu" jelasku. Ellen manggut-manggut.
"Baik... bagaimana dengan yang lain?? Apakah setuju??" tanya Ellen. Ellen memang pantas menjadi ketua redaksi. Teguh, tegas, dan pendiriannya tetap.
Semua anggota rapat setuju.
"Baik.. jika ide Abel telah di setujui, rubrik khusus kita edisi yang akan datang adalah ide Abel. Selamat, Abel.." anggota rapat lain bertepuk tangan. Aku hanya senyum-senyum tersipu malu.
Rapat selesai, aku segera keluar dari aula. Wajah Gabriell tidak secerah biasanya. Entah kenapa.
"Hei... wajahmu kusut sekali..!!" candaku kepada Gabriell.
"Masalah?? Gabriell cuek sama soal itu...!!" ketus Gabriell lalu meninggalkanku.
2 hari, 3 hari... Gabriell tidak pernah menyapaku. Mengajak makan di kantin, mengajak ke perpustakaan, apalagi menyapaku saat berpapasan. Gabriell berubah 100% .
Saat hari Kamis, tugasku untuk piket membersihkan kelas. Teman-teman lain yang berada di dalam kelas diharap keluar. Peraturannya memang seperti itu.
Saat aku menyapu bangku Gabriell, jatuhlah kertas. Kubaca, ternyata...
'Sombong sekali... hanya karena idenya sudah bisa disetujui oleh semua anggota rapat. Aku benci dia..!! Berubah sekali...'
Aku terkejut. Hampir saja meremas kertas itu.
"Apa gara-gara ini dia marah denganku??" aku langsung melanjutkan menyapu kelas.
Sepulang sekolah, aku menghalangi Gabriell yang akan pulang.
"Hei... Abel, ini sudah siang. Aku capek dan ingin cepat-cepat pulang ke rumah... minggir..!!" bantah Gabriell. Astaga, dia tidak pernah membantahku seperti itu...
"Tunggu sebentar.." aku segera mengeluarkan kertas yang kutemukan tadi pagi.
"Apa ini?? Kamu kira aku sombong?? Mungkin kamu saja yang merasa aku sombong... atau kamu iri dengan keberhasilanku??" mungkin baru pertama  ini aku membentaknya. Gabriell langsung menerobosku dan segera pulang.
Sejak kejadian itu, aku dan Gabriell sudah tidak seakrab dulu.

-SeLESAI-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar